Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid menjadi
imam dan khatib shalat Idul Adha di Lapangan Yonzikon 14 /SWC,
Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (24/9).
Memaknai Idul Adha, menurut Hidayat bahwa Idul Adha adalah momentum
dan intervensi agama yang sangat baik dan menyegarkan kembali semangat
pengorbanan, yaitu berkorban untuk kepentingan yang lebih besar.
“Kita diajarkan untuk tidak berpikir egoistis, egosentris, ego
kelompok, ego sektoral, maupun berpikir jangka pendek,” katanya kepada
pers usai shalat Idul Adha. Menurut Hidayat, Idul Adha lebih pada
dimensi mashlahat yang lebih luas, lebih panjang, mengutamakan
kepentingan umum. “Idul Korban mengingatkan kita bahwa beragama juga
menguatkan dimensi sosial. daging kurban dibagikan untuk seluruh umat
manusia,” jelasnya.
Dari Idul Adha ini, lanjut Hidayat, beragama bisa menyatukan seluruh
bangsa Indonesia karena dengan perayaan ini bisa menguatkan silaturahmi.
“Ini penting di tengah beragam kekhawatiran MEA, krisis ekonomi,”
ujarnya.
Hidayat menambahkan, beragama bagi umat Islam, bukanlah menghadirkan
hal yang menakutkan terorisme, ektremisme, tapi beragama yang
menghadirkan kegembiraan, kenyamanan, solusi.
Hidayat juga berharap suasana nyaman bisa berlangsung di Tolikara
Papua. “Ada kekhawatiran kasus Idul Fitri terulang lagi di sana. Tapi
sudah ada jaminan dari Kapolri, Kapolda, Menko Polhukam bahwa shalat
Idul Adha bisa diselenggarakan dengan aman dan damai,” katanya.
Hidayat berpendapat mengganggu perayaan agama, apapun agamanya, tidak
ada untungnya. “Keharmonisan harus kita jaga. Jangan sampai karena
ektstremisme atau radikalisme satu kelompok mengakibatkan disharmoni.
Ini tidak boleh,” ucapnya. (Gatra)