Wakil Ketua Komisi V DPR, Yudi Widiana Adia membeberkan kondisi
jamaah haji Indonesia di Mekkah. Kata dia, fasilitas bus yang
dipergunakan tidak layak jalan.
Selain mengalami kerusakan mesin
hingga mogok, bus yang disediakan juga sudah tua, dan penyejuk udara
tidak berfungsi. Informasi ini diperolehnya usai memantau persiapan
pelayanan ibadah haji di tanah suci.
“Memang banyak keluhan
mengenai kualitas bus yang mengangkut jamaah kita di Mekkah dan
Madinah,” kata Yudi dalam keterangan tertulisnya yang diterima redaksi
di Jakarta.
Kondisi bus yang tidak laik jalan itu, tambah Yudi, menyebabkan keterlambatan dan ketidaknyamanan jamaah.
Dalam
pertemuan antara 13 anggota DPR RI pemantau persiapan pelayanan haji
dan tim PPIH Daker Makkah, diketahui belasan bus pengangkut jamaah haji
di Mekkah dan Madinah yang mogok. Tak hanya mogok, lanjut Yudi, beberapa
bus juga mengalami sejumlah permasalahan seperti AC mati hingga mesin
terbakar.
Lebih lanjut politisi PKS dari daerah pemilihan Kota
dan Kabupaten Sukabumi itu memaparkan, saat ini ada 887 bus yang
melayani jamaah haji Indonesia pindah dari Madinah menuju Makkah. Porsi
terbesar dimiliki Abu Sarhad sebanyak 591 bus (66,63 persen). Sedangkan
sisanya adalah Hafil sebanyak 215 bus (24,24 persen), Andalus sebanyak
38 bus (4,28 persen), Ummul Quro sebanyak 30 bus (3,38 persen), dan Al
Jazirah sebanyak 13 persen (1,47 persen).
Menurut Yudi, kondisi
bus antarkota yang membawa jamaah haji Indonesia dari Madinah ke Makkah
kalah dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, tahun ini Kementerian Agama
(Kemenag) tidak melibatkan ahli transportasi dari Indonesia. Dengan
tidak dilibatkannya Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam menangani
transportasi di Mekkah dan Madinah. Sehingga tidak ada pengecekan
kelaikan kendaraan oleh pihak Indonesia.
“Tidak heran jika
kondisi angkutan jamaah tahun ini lebih buruk karena kita hanya menerima
saja yang disodorkan pihak Arab Saudi,” ungkap Yudi.
Hasil
pertemuan DPR RI dengan atase perhubungan di Mekkah, masih kata Yudi,
juga diperoleh keterangan bahwa tidak ada MoU antara Kemenag dengan
Kemenhub.
Menurut Yudi, seharusnya dengan jumlah jamaah haji yang
mencapai 168.800 orang, persoalan transportasi jamaah di Mekkah dan
Madinah juga menjadi prioritas Kemenag, sama halnya dengan penyediaan
penginapan dan catering.
Sementara itu, disisi lain, Yudi juga
menyesalkan pernyataan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim yang
menyatakan bahwa pelayanan angkutan di Mekkah dan Madinah buruk karena
penurunan BPIH 2015.
“Salah besar jika kualitas bus turun karena
penurunan BPIH karena kesepakatan DPR dan Kemenag penurun BPIH tidak
menurunkan kualitas pelayaan jamaah. Seharusnya dengan jumlah jamaah
yang besar, kita punya bargaining position yang lebih baik,” pungkas Yudi. (RMOL)