PKS Pelayan Rakyat
banner 728x250

Sohibul Iman, PKS dan JIL

 
Oleh: Ubedilah Badrun
(Pengamat Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta)

Terpilihnya
Mohamad Sohibul Iman menjadi Presiden PKS pada awal Agustus lalu sempat
menghentakkan Jaringan Islam Liberal (JIL). Dengan cepat Ulil Abshor
Abdala, sang pentolan JIL, merespon melalui media sosial Twitter. Selain mengucapkan selamat, ia juga berharap agar PKS di bawah kepemimpinan Sohibul Iman aka semakin menjadi partai terbuka.

Ulil
juga sedikit menganalisis dengan kesimpulan PKS telah mengalami
liberalisasi internal. Ia hanya menyebut ciri-ciri perubahan simbolik
pada aktivis PKS. Diantaranya seperti elite-elite PKS yang sudah jarang
berjenggot dan jarang bercelana cingkrang. Rasanya ini sebuah kesimpulan
yang simplifikatif.

Latar belakang Sohibul Iman sebagai mantan Rektor Universitas Paramadina juga sempat dikaitkan oleh media JIL (Islamlib.com). Fakta tersebut dinilai sebagai indirect influence
secara kultural dari gerakan JIL yang mengusung cara pandang baru dalam
memahami Islam. Terpilihnya Sohibul Iman memang direspon positif oleh
berbagai kalangan termasuk JIL. Tentunya hal ini tidak serta merta
mengaitkan Kang Iman beraliran Islam liberal.

Penulis mencermati
respon positif publik terhadap sosok Sohihul Iman lebih karena performa
yang sederhana, intelek, santun, dan memiliki jaringan yang luas. Sebuah
berkah tersendiri untuk partai yang berlimpah kaum intelektual.

Tulisan
ini tidak hendak membantah atau mendangkalkan kesimpulan JIL tentang
sosok Sohibul Iman (Kang Iman) karena memang pandangan Ulil dan JIL
kurang utuh, bahkan cenderung simplifikasi simbolik. Melalui tulisan
ini, penulis mencoba mengurai arah pemikiran Kang Iman dari gagasan
gagasannya atau ide-idenya yang terpublikasi di banyak media.

Dengan
cara itu penulis meyakini ada semacam otentisitas karena dari gagasan
yang terungkap kita bisa lebih mengenali sang tokoh secara lebih
otentik.

Tiga Pemikiran Kang Iman

Belum genap
sebulan sebagai Presiden PKS, penulis mengamati ada tiga pemikiran
penting Kang Iman yang terlontar ke publik. Penulis menyebutnya
pemikiran negarawan. Habitus pemikiran negarawan Kang Iman berbasis pada
pemikiran Islam otentik dan kerangka kenegaraan yang progresif (maju).
Tiga pemikiran Kang Iman tersebut penulis urai di bawah ini.

Pertama,
pemikiran untuk mengokohkan nilai dan prinsip partai (purifikasi).
Pengokohan nilai dan prinsip Islam dalam berpartai ini dalam khazanah
pemikiran Islam sering disebut Purifikasi Islam atau pemurnian Islam
dalam konteks berpolitik. Menariknya, pemikiran Kang Iman tentang
Purifikasi ini dikontekstualisasikan dalam kehidupan kenegaraan.

Dalam
analisis media yang penulis lakukan ditemukan pemikiran purifikasi ini
bahwa posisioning PKS tetap sebagai partai dakwah dan partai kader.
Dengan posisi itu diharapkan PKS mampu berkontribusi secara optimal
untuk masyarakat dan bangsa.

Kalimat ini menempatkan spirit Islam
politik (partai kader dan partai dakwah) yang tidak ditinggalkan
sekaligus dibingkai dengan tujuan memberi kontribusi untuk bangsa. Ini
juga menunjukkan ada orientasi untuk kemajuan bangsa. (Kompas.com/11/8/2015).

Kedua,
pemikiran tentang pentingnya kebersamaan (menghargai pluralitas). Kang
Iman meyakini sebuah partai atau sebuah bangsa isinya beragam manusia.
Ini adalah realitas yang tidak bisa dihindari. Kematangan berfikir Kang
Iman yang menghargai keragaman patut diapresiasi. Dalam khazanah
pemikiran Islam kontemporer ini sering disebut pemikiran pluralisme.
Kang Iman tentu bukan penganut pluralisme tetapi ia adalah intelektual
muslim yang menghargai pluralitas.

Temuan penulis menunjukan cara
pandang Kang Iman tentang keberagaman seperti pada pernyataan Kang Iman
berikut ini: “Islam mengajarkan menghargai keragaman. Kalau karena
mengamalkan spirit keberagaman lalu saya disebut pluralis, maka saya
adalah seorang pluralis berkarakter, bukan pluralis pragmatis” (wawancara penulis, 3/9/15)

Dalam khazanah Islam, pluralis berkarakter itu ada pada filosofi “Yakhtalitun walakin yatamayyazun”.
Makna filosofisnya adalah berbaur tetapi tidak larut. Kebersamaan
dipahami sebagai keniscayaan tanpa harus kehilangan identitasnya. Sikap
Kang Iman menerima menjadi Rektor Universitas Paramadina dan menghadiri
ulang tahun Kompas dalam dua tahun berturut-turut, dan berbagai
aktivitas dengan beragam suku bangsa adalah perilaku seorang pluralis
berkarakter yang Kang Iman tunjukkan.

Dalam konteks kenegaraan
pemikiran pentingnya kebersamaan juga nampak dari 15 solusi krisis yang
digagas Kang Iman untuk Indonesia saat ini. Meski posisi PKS di luar
pemerintahan namun Kang Iman sebagai Presiden PKS mau berbagi ide untuk
pemerintah. Ini artinya Kang Iman mengutamakan kebersamaan sebagai
sebuah bangsa (Republika.co.id, 29/8/2015).

Ketiga,
pemikiran tentang partai politik Islam modern. Dalam khazanah pemikiran
Islam, pemikiran detail tentang partai politik berarti meniscayakan dua
hal penting, yakni sikap pro demokrasi dan pemikiran politik Islam yang
modern. Penulis mencermati tradisi intelektual Kang Iman bukan tradisi
yang anti demokrasi, tetapi justru intelektual muslim yang pro
demokrasi.

Dalam konteks partai politik Islam Kang Iman sangat
intens fokus pada pentingnya partai Islam modern, dan PKS akan
dijadikanya sebagai contoh partai Islam modern. Dalam analisis media
penulis menemukan pernyataan Kang Iman tentang pentingnya partai politik
Islam modern denfan mengingatkan agar partai politik memperbaiki
fungsinya.

Diantaranya ketika Kang Iman menjelaskan fungsi partai
sebagai agregasi ideologi. Bahwa kehadiran partai politik tidak bisa
lepas dari ideologi yang dibawanya. Berbagai pemikiran yang ada dalam
partai politik dirumuskan dalam satu ideologi yang utuh. Ideologi partai
itulah yang dipegang teguh dan menjadi orientasi seluruh aktivisnya.

Partai
ini hadir karena membawa ideologi besar yang sudah jelas. Partai
sebagai institusi politik yang lahir dari rahim republik ini tidak
menafikan ideologi bangsa besar ini yaitu Pancasila. Bahwa seluruh
partai harus menjadikan Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara ini
dan menjadikanya sebagai rujukan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

PKS memiliki ideologi partai yang jelas dengan basis
Islam yang jelas untuk memberi manfaat bagi seluruh anak bangsa, dalam
literatur politik islam disebut rahmatam lil ‘alamiin atau menjadi
rahmat bagi seluruh alam (Tribunnews.com,23/8/2015).
Penulis
juga menemukan arah pemikiran politik Islam modern Kang Iman pada
upayanya untuk memperbaiki pengelolaan manajemen partai, meningkatkan
kualitas manajemen partai menuju partai modern dan profesional (hallobogor.com 22/8/2015).

Tiga
pemikiran Kang Iman tentang Purifikasi Islam dalam partai politik,
Pluralis Berkarakter, dan Partai Islam modern, jauh lebih terlihat
autentitasnya di banding interpretasi JIL tentang liberalisasi internal
PKS, sekularisasi, dan pluralisme. Pemikiran Purifikasi Islam dalam
partai politik, Pluralis Berkarakter, dan Partai Islam modern menunjukan
bahwa Kang Iman memiliki autentisitas gagasannya sendiri.

Tiga
pemikiran di atas seolah mau membalikkan tesis Nurcholis Majid (Rektor
pendahulunya di Universitas Paramadina) tentang ” Islam yes, Partai
Islam no” menjadi “Islam yes dan Partai Islam yes”. Berpolitik tanpa
harus kehilangan identitasnya sebagai muslim intelektual. Menerima
demokrasi tanpa harus kehilangan jati dirinya sebagai muslim dan sebagai
Indonesia. Semoga. (Republika)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *