“Dalam Rakornas yang merupakan kewajiban konstitusional dalam
jamaah kita yang alhamdulillah dalam mata rantai sebelumnya telah kita
laksanakan bersama dengan suatu langkah-langkah yang patut diteladani
oleh partai-partai lain, oleh jamaah-jamaah lain, dari mulai
menyelenggarakan Majelis Syuro kemudian munas, mukernas, dan sekarang
rapat koordinasi nasional. Seluruhnya, alhamdulillah, digambarkan betapa
kesatuan langkah-langkah kita menyatu. Allahu ghoyyatuna.
Sesuai namanya Rakornas, koordinasi artinya kita bisa meluruskan
koordinasi sekarang, baik dari koordinasi secara lima tahunan, juga akan
menentukan koordinasi nasional untuk tahunan. Insya Alloh, dengan latar
belakang kemenangan-kemenangan di tahun 2015, yaitu pencapaian pilkada,
dengan pertolongan dan karunia Alloh, kita mencapai keberhasilan yang
bahkan tidak diduga-duga.
Awal kita mulai Pilkada terdengar selentingan atau wacana
disana-sini bahwa kita mendapatkan nomor 4, tapi setelah perhitungan
kita mencapai puncak. Dan itu tidak lain atas karunia Alloh swt, yang
kedua atas kerja keras antum sekalian yang mengorbankan atas segala
potensi yang dimiliki untuk kejayaan Islam.
Rapat Koordinasi yang kita selenggarakan ini bagaimana kita
mensinergikan seluruh langkah-langkah tujuan kita, baik itu lima tahun
atau tahunan, menyatukan seluruh koordinasi dari seluruh program pusat
dengan wilayah dan daerah tidak akan mungkin tanpa bersatunya hati dan
akal kita serta motivasi kita, yaitu untuk mencapai ridho Alloh dan
menegakkan kalimat Alloh. Tanpa itu semua, sangat sulit.
Tanpa motivasi dan tujuan untuk menegakkan kalimat Alloh, sangat
sulit mempersatukan aneka ragam SDM, pendidikan, bahkan faktor
budayanya, bahkan aneka ragam wilayahnya, yang tersebar di 700
pulau-pulau di Indonesia. Tapi, alhamdulillah, dengan kesatuan tekad
kita bisa menyatukannya.
Dan terbukti, dalam pelaksanaan
momentum pilkada 2015 menggambarkan keberhasilan. Dengan catatan itu,
insya Alloh, tahun 2016 ini akan diisi dengan keberhasilan-keberhasilan
selanjutnya baik raihan dalam pilkada untuk menyongsong kemenangan
paling tidak sampai 2019.
Ikhwatifillah. Koordinasi pencapaian itu tidak mungkin tercapai
kalau sebelumnya tidak ada konsolidasi potensi yang kita miliki. Dan
konsolidasi di ranah dakwah selalu dimulai dari konsolidasi hati kita,
wihdatul quluub, konsolidasi akal kita, wihdatul uquul, dengan dua hal
itu Insya Alloh SDM kita akan terkonsolidasi dengan baik.
Untuk mencapai wihdatul quluub dan wihdatul uquul tersebut
dimulai dari konsolidasi motivasinya dulu. Nawaitunya terkonsolidasi.
Pada waktu lalu, saya telah mengingatkan bahwa konsolidasi terbaik jika
kader-kader kita memunyai kesadaran tinggi bahwa jalan perjuangan ini
merupakan pilihan kita. Kita memilihnya dengan penuh kesadaran
sebagaimana Alloh swt menunjuk kita bahwa jalan perjuangan ini adalah
sebagai pilihan dengan firman-firmannya, yaitu
Quul haadzihii sabili.. katakanlah bahwa ini adalah jalan
pilihanku.. ad’uu illallah pilihan untuk melaksanakan tugas-tugas
dakwah.. A’laa bashirotin.. dengan penuh kesadaran.. ana wamanittaba’ani
wa subhanallohi wa maa anaa minal musyrikiin.. Mahasuci Alloh dan aku
tidak termasuk orang-orang musyrik.
Kesadaran bahwa ini pilihan untuk memantapkan walaupun memang ada
proses pembentukan, setiap individu bebas atau independen untuk
menentukan jalannya. Dan manusia yang berani memilih perjalanan
perjuangan dakwah pilihannya, itu berarti orang yang punya syakhsiyah
tinggi. Sebab orang yang tidak berani dalam mengambil jalan pilihannya,
berarti masih dalam kondisi split personality. Sehingga, pilihan-pilihan
tersebut harus tetap ditebus dengan pengorbanan besar, pengorbanan
waktu, harta, tenaga, bahkan jiwa. Semoga pengorbanan itu adalah
pengorbanan karena Alloh.
Ikhwatifillah. Motivasi semakin meningkat, semakin menguat,
semakin mendorong jika ada kesadaran lain, yaitu kesadaran tertinggi
bahwa kita ada di dunia ini dibimbing Alloh untuk memilih jalan dakwah
ini. Inilah namanya kesesuaian antara pilihan makhluk dan juga pilihan
yang dipilih manusia. Dan Alloh pun juga mendorong untuk menumbuhkan
kesadaran ini (Al An’am: 161-162)
“Katakanlah Alloh swt telah membimbingku, memberi petujuk
kepadaku, untuk memilih jalan yang lurus ini, jalan perjuangan ini.
Sebagai pedoman hidup yang kokoh, yaitu jalan yang ditempuh oleh Ibrahim
dan para ahlul anbiya” (Qs Al-An’am:161)
“Katakanlah, sesungguhnya sholatku, ibadahku, dan hidupku, dan
matiku hanya semata-mata untuk Robbil ‘Alamin. Dan karena itulah aku
diperingati oleh Alloh swt. Dan aku adalah orang-orang yang pertama
menyerahkan diri kepada Alloh.
Setelah pengakuan akan pilihannya yang sesuai dengan pilihan
Alloh, lalu munculah tekad kuat, kita dibimbing Allah untuk berserah
diri kepada-Nya. Berarti Alloh memotivasi kita untuk menjadi terdepan
dalam memenangkan dakwah yang harus berada di barisan paling depan.
Itulah makna wa anaa awwalul muslimin.
Motivasi seperti ini harus kita dorong dari waktu ke waktu.
Sehingga motivasi itu adalah refleksi dari kekuatan iman kita. Kalau
kita selalu terus mendorong, kemungkinan efeknya akan terus terjadi.
Al-imaanu yaziidu wa yankus. Itu terkait juga dalam implementasi niat
untuk berjuang di jalan Alloh.
Yang kedua, setelah konsolidasi motivasi, adalah konsolidasi
orientasi. Umat Islam Indonesia termasuk umat yang rajin beramal Islam
dalam segala sektor. Bahkan secara independen, mereka mendirikan
pesantren, ma’had-ma’had, tanpa subsidi dari pemerintah. Dari kerjasama
mereka sendiri hingga saat ini. Dari mereka mulai mendirikan masjidnya,
sampai menjadi imam masjidnya.
Namun sayangnya, hal itu minus orientasi. Akhirnya, roh-roh
pendirian Islam di beragam bidang seringkali hanya tercecer dan malah
menghambat perjuangan Islam dan tidak jelas akan orientasinya. Kejelasan
orientasi Alloh SWT seperti digambarkan pada ayat “walikulli wijhatun
huwa muwalliiha,”. Setiap orang harus punya orientasi dalam mencapai
sesuatu. Setelah jelas orientasi, barulah fastabiqul khoirot.
Kita bahkan diingatkan oleh ayat Alloh, orientasi harus yang
objektif. Karena sesuai fitrah Alloh yang dikatakan “manusia diciptakan
sesuai dengan fitrahnya,”
Dorongan-dorongan untuk kejelasan
orientasi bahkan orientasi akan menjadi daya saing dalam melaksanakan
perintah fastabiqul khoirot. Dalam melaksanakan tugas-tugas yang
mendapat petunjuk dari Alloh SWT
Yang ketiga, adalah integrasi. Islam adalah agama yang syammil
mutakammil. Konsepsinya adalah menuntun dan mengikuti seluruh aspek
dalam hidup kita secara menyeluruh. Dan kita tidak mungkin
memperjuangkan tegaknya Islam tanpa mampu mengintegrasikan seluruh
potensi SDM kita. Apakah itu, generasi tua, apakah itu generasi muda,
apakah itu ikhwan, apakah itu akhwat, harus terintegrasi dalam satu
kesatuan yang menyeluruh. Sehingga, arah perjuangan kita lebih tegas dan
jelas.
Integrasi ini masalah penting. Tanpa integrasi kemungkinan akan
berjalan sendiri-sendiri. Karena yang satu tidak merasa ada hubungan
dengan yang lain. Tapi, jika kita berhasil mengintegrasikan seluruh
potensi, insya Alloh, kita akan mencapai target-target pencapaian bahkan
yang mungkin tidak kita perkirakan sebelumnya. Dan ini sering terjadi
dalam sejarah perjuangan kita.
Hasil-hasil di Pilkada, lebih dari apa yang kita perkirakan. Itu
lah jika kekuatan kita terintegrasikan dengan baik. Fabimaa rohmatallohi
linta lahum . Dengan rahmat Alloh, kamu berlaku lemah lembut. Kalau
kalian bersikap keras, maka mereka akan bertebaran. Tidak terintegrasi.
Dan hatinya sangat sensitif, kalau ada yang tersekat di antara mereka.
Makanya, dalam pergaulan kita berjamaah yang setiap kita pasti punya
kelemahan, tapi kelemahan adalah sebuah keniscayaan. Dan kepemimpinan
kita salah pun juga keniscayaan. Maka, fa’fu anhum. Berilah maaf kepada
mereka. Dan ketika kita memaafkan lain dengan penuh kesadaran, bisa jadi
kita selama ini kita bisa tetap berjamaah karena sering memaafkan.
Sehingga, insya Alloh, jika hambatan-hambatan itu tidak ada,
komunikasi pun menjadi lancar. Baik musyawarah di tingkat DPP, tingkat
wilayah, akan menghasilkan tekad bersama.
Dengan konsolidasi itulah, komunikasi itu bisa dilakukan. Dan
kelanjutannya, kalau komunikasi itu bisa dilakukan dengan baik,
selesailah. Jika kamu selesai satu urusan, maka segera lah selesaikan
urusan lain. Kita berjamaah karena Alloh untuk Alloh, bahkan bisa
melebihi apa yang diperkirakan. Faidzaa faroghtafan shob wa ilaa robbika
farghob.”